Pontianak, InfoKalimantan – Ratusan hektar tanaman kratom di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalbar diserang ulat yang mengakibatkan daun menjadi kering. Serangan ulat terjadi sudah lebih dari sebulan.
Ketua Perhimpunan Pengusaha Hortikultura Indonesia/PPHI Kalbar Suhaeri melihat hal ini dampak fenomena alam terutama pasca banjir yang melanda Kapuas Hulu. Banjir yang menggenangi daerah aliran sungai/DAS Kapuas kemudian menyebabkan banyak tumbuhan di sekeliling tanaman kratom mati, karena tidak dapat tergenang air dalam jangka waktu yang lama. Ulat-ulat yang sebelumnya ada di tumbuhan yang mati tadi kemudian pindah ke pohon kratom. Karena kratom lebih kuat daya tahan terhadap genangan air.
“Fenomena ini, ulat yang seperti ini baru tahun ini terjadi,” ujar Suhaeri via seluler, Selasa (22/3/2022) siang.
Kalau dulu, lanjut Suhaeri, yang menyerang daun adalah ulat daun, dan tidak terlalu berpengaruh terhadap tanaman kratom. Karena memang ada siklusnya.
Terkait tanaman kratom yang terkena serangan ulat tadi, Suhaeri menyarankan agar para petani kratom tidak menyemprot dengan pestisida atau zat kimia lain. Sebab, ketika daun-daun kratom itu dipetik dan diolah untuk menjadi bubuk sebagai komoditas ekspor akan membahayakan kesehatan.
“Lebih baiknya [dahannya} dipangkas,” kata Suhaeri.
Dengan pemangkasan, terang Suhaeri, akan meremajakan pohon-pohon kratom yang masuk usia tua di kisaran 5-6 tahun. Selanjutnya akan tumbuh dahan-dahan baru, dan pada panen berikutnya pohon kratom tidak terlalu tinggi sehingga memudahkan ketika memetik daun untuk diolah.
“Dan saya lihat pertumbuhan dia setelah dipangkas cukup bagus,” terang Suhaeri, seraya mengatakan belum lama ini melakukan observasi ke DAS Kapuas dan menemukan tanaman kratom milik warga terserang ulat.
“Mulai dari Nibung, Piasak, Jongkong, Bunut, sampai ke Embaloh itu hampir merata terkena serangan ulat ini, kalau hektarannya sekitar 700 sampai 800 hektar,” sebut Suhaeri.