Pontianak, Infokalimantan – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa Pemerintah mengoptimalkan pengoperasian teknologi modifikasi cuaca untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) gambut yang terjadi di Kalimantan Barat (Kalbar).
“Operasi TMC di Kalimantan Barat dilaksanakan mulai 24 Agustus sampai 2 September 2023,” kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Thomas Nifinluri dalam keterangannya, Kamis (24/8/2023.
Thomas yang kini sedang berada di Kalbar berharap agar potensi awan hujan yang masih ada sampai akhir Agustus bisa dimanfaatkan secara baik.
Hal itu, menurutnya untuk mengantisipasi kejadian kebakaran hutan dan lahan saat potensi hujan sudah tidak ada dan kondisi kering memasuki bulan September.
KLHK telah mengerahkan personel Manggala Agni ke sejumlah yang mengalami kebakaran untuk memadamkan api. Selain itu, KLHK juga menurunkan air secara langsung dari helikopter melalui water bombing di Kalbar.
Sementara itu, Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC BRIN, Budi Harsoyo menyatakan pihaknya telah memodifikasi cuaca sebanyak dua kali di Kalbar.
Pelaksanaan TMC kali ini adalah tahap ketiga dengan mengoptimalkan potensi awan menjadi hujan untuk pembasahan lahan-lahan gambut dan pengisian embung-embung penampungan air.
“Operasi TMC bertujuan tidak hanya mematikan titik api kebakaran hutan dan lahan sebagai sumber bencana kabut asap, tetapi juga untuk menjaga kelembaban tanah gambut agar tidak sampai menjadi kering dan mengisi kubah-kubah gambut,” kata Budi.
Berdasarkan data Sipongi+ KLHK, kebakaran hutan dan lahan di Kalbar paling luas terjadi di Kabupaten Sambas, Kapuas Hulu, Sintang, dan Sanggau. Hingga Juli 2023, luas hutan dan lahan yang terbakar di Kalbar mencapai 12.537 hektare.(Ant)