Pontianak, InfoKalimantan – Plt Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar Erna Yulianti mengatakan, ada peningkatan kasus kematian terkait Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2021. Data dimas kesehatan mencatat, di tahun 2021 ada enam kematian sementara untuk DBD di tahun 2020 terdapat empat kasus kematian.
Kendati demikian, secara jumlah kasus Demam Berdarah Dengue di tahun 2021 lebih dari 2020. Tahun 2020 ada 784 kasus. Sedangkan tahun 2021 ada 663 kasus.
“Jika dilihat tahun 2020 dan tahun 2021 ada penurunan kasus tapi ada kenaikan kasus kematian,” kata Erna Yulianti.
Sementara di tahun 2022, tercatat ada 51 kasus. Dinas Kesehatan Kalimantan Barat juga mencatat satu kasus kematian karena Demam Berdarah Dengue.
Erna menyebutkan, saat ini sebaran penularan penyakit DBD semakin tahun semakin meluas. Kasus DBD tidak hanya terdapat di daerah perkotaan namun juga ditemukan di daerah pedalaman dataran tinggi.
Menurut Erna tingginya kasus demam berdarah dengue (DBD) saat ini disebabkan adanya faktor cuaca. Curah hujan tinggi, timbul genangan di tempat-tempat yang seharusnya terkubur, malah menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
“Salah satu faktor resiko muncul DBD seperti itu,” ucapnya.
Selain itu, Erna juga menjelaskan pihaknya sudah mengingatkan dinas kesehatan kabupaten/Kota agar melakukan upaya pencegahan terjadinya KLB DBD.
“Sudah kami ingatkan untuk memutus mata rantai penularan, baik dengan fogging yang fokus pada dua siklus. Lalu menggerakkan pemberantasan sarang nyamuk 3 M Plus secara berkala,” terang Erna.
Erna menambahkan pihaknya juga sudah melakukan pemantau surveilans Kasus DBD untuk kewaspadaan dini terjadinya KLB. Kemudian melakukan investigasi dan PE bersama dengan tim dinas kabupaten/kota.
“Tujuannya agar bisa mengetahui kondisi penderita DBD di rumah sakit dan Puskesmas serta melihat lingkungan tempat tinggal penderita agar bisa menentukan langkah-langkah penanggulangan selanjutnya,” sambungnya.
Selanjutnya dikatakan Erna, memfasilitasi upaya pemberantasan nyamuk penularan DBD dengan mendistribusikan logistik (Insektisida dan bubuk Abate). Lalu sebagai mediator dan fasilitator penggerakan lintas sektor dan pihak swasta dibawah pemda kabupaten/kota setempat untuk melakukan upaya respon cepat penanggulangan DBD.
“Kami juga terus menyampaikan informasi melibatkan media massa untuk penanggulangan dan pencegahan DBD,” tutup Erna.