Pontianak, InfoKalimantan – Pemerintah Kota Pontianak, Kalimantan Barat mempersiapkan langkah strategis khususnya dalam menangani persoalan genangan air, mulai dari jangka pendek, menengah, hingga panjang.
“Jangka pendek yang penting bagaimana mitigasi bencana dan aktivitas bisa optimal. Jangka menengah kita ingin buat ‘outer ring canal’. Dan jangka panjang Pontianak memang memerlukan tanggul seperti di Amsterdam,” kata Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono kepada wartawan, Jumat (14/1/2023).
Konstruksi tanah di Kota Pontianak terbilang rendah serta didominasi lahan gambut. Persoalan itu tentunya menjadi tantangan pembangunan fisik.
Selain itu, dampak dari kondisi geografi yang demikian menyebabkan beberapa titik tidak jarang mengalami genangan, terlebih saat hujan deras dan air pasang.
Persoalan tersebut, dikatakan Edi, sudah ada sejak beberapa dekade silam. Untuk mengatasinya, warga pada zaman dahulu membuat rumah panggung serta jalan di gang-gang menggunakan bahan papan atau biasa yang disebut gertak.
“Tahun 1989-1990 jalan gertak kita ubah jadi beton. Itu masalahnya, resapan sulit berfungsi saat hujan. Nah yang demikian tersebut masalah karena alam, ada lagi masalah transportasi,” ujarnya.
Menurut dia, satu lagi yang menjadi tantangan pembangunan di Kota Pontianak adalah transportasi, karena kemacetan saat berkendara tidak jarang mengganggu kenyamanan warga.
Oleh karena itu, dengan dibangun Jembatan Paralel Kapuas I, diprediksi mampu mengurai kemacetan dari 40 hingga 50 persen.
Pihaknya juga sedang mengusahakan dibangun Jembatan Garuda yang akan menghubungkan Jalan Bardan Nadi dan Siantan.
“Kita bangun jembatan paralel karena sudah mengganggu aktivitas dan berdampak pada turunnya produktivitas masyarakat,” ujarnya.
Sebagai ibu kota provinsi, katanya, pembangunan berjalan pesat.
Meski begitu, Edi ingin Pontianak lebih banyak ruang terbuka hijau (RTH) ketimbang menambah jalan-jalan yang tidak jarang memperparah kondisi alam.
Prinsipnya, katanya, penataan kota yang humanis secara tidak langsung turut mengubah kebiasaan masyarakat.
Dia juga berharap kepada mahasiswa Fakultas Teknik Untan Pontianak untuk mempelajari dengan maksimal kondisi sekitar dan dapat memberikan masukan terhadap prosesnya.
“Di tangan mahasiswa ini estafet pembangunan berlanjut,” katanya.