Pontianak, InfoKalimantan – Setiap bulan suci Ramadan tiba, makanan khas daerah pasti meramaikan setiap lapak mapun pasar juadah. Seperti halnya di Kota Pontianak, Kalimantan Barat beragam makanan, jajanan, takjil bahkan kuliner menjadi idaman dan dinantikan warga. Satu di antaranya ialah Lemang
Lemang terbuat dari ketan yang orang Pontianak sebut juga sebagai pulut. Lemang memiliki dua varian, ada yang polos dan campuran kacang merah.
Proses masaknya, adonan ketan dan santan dimasukan kedalam bambu dan dibakar. Posisi dibakar harus vertikal atau berdiri dan harus menjaga api agar tetap stabil jangan sampai terbakar. Waktu masak atau pembakaran inipun memakan waktu hingga 3 jam lamanya.
Selama 3 jam inilah pekerja harus secara teliti melihat bambu yang dibakar. Kurangnya santan harus segera ditambah. Bambu terbakar harus pula di padamkan dengan air seadanya.
Warga tengah memproduksi lemang di kawasan Sungai Jawi, tepatnya Gg Selamet Pontianak. Ada dua lokasi rumah warga yang sedang sibuk memasak atau membakar bambu yang berisi lemang.
Sesekali pekerja dan sang pemilik usaha lemang ini mengelap batang bambu yang terbakar dengan sebuah kain basah. Tak jarang ada pula menyiramkan air ke batang bambu yang terbakar terlalu besar.
Lokasi pertama warga pembuat lemang ialah Iwan Rabuansyah. Ia sudah puluhan tahun membuat lemang untuk dijual. Di hari biasa lemang yang ia buat dijual sendiri di pasar tradisional.
Berbeda dengan bulan suci ramadhan ini yang produksinya bisa mencapai 200 hingga 250 batang lemang. Pedagang eceran lemang sendiri yang membeli langsung ke Iwan Rabuansyah. Tak jarang ada juga penjual asal Mempawah dan Kubu Raya yang rela membeli produksi lemangnya untuk kemudian dijual ke masyarakat
“Selama saya menjalani lemang sekitar 30 tahunan, hari hari juga saya produksi tapi tidak istimewa saat Ramadhan ini yang satu hari bisa 200 bambu sekitar 150 kg, kualitas yang selalu dijaga gurih dan santannya,” katanya, Rabu (29/3/2023)
Dilokasi kedua rumah warga yang dikunjungi warga pemilik usaha lemang bernama Herman. Bersama sejumlah pekerjanya ia rela berada dikepulan asap untuk terus teliti melihat lemang yang dibakar.
Proses pembuatan lemang sendiri diawali dengan membersihkan bambu, kemudian pulut direndam dan ditiriskan. Proses ini yang cukup lama sejak subuh hari sudah dimulai.
Tahapan selanjutnya memasukkan daun pisang ke dalam bambu yang mana fase ini juga termasuk sulit. Memasukan daun pisang ke dalam ruas bambu berfungsi agar pulut tidak melekat langsung ke dinding bambu ketika sudah masak. Untuk daun pisang, juga tidak boleh asal-asalan. Harus daun yang muda. Gunanya, agar mudah dibentuk saat dimasukkan ke dalam bambu.
“Lemang ini berbahan beras ketan, santan, daun pisang muda dan bambu, lemang yang sudah masak nanti bisa kelihatan diatasnya berwarna kecoklatan,” ujarnya
Harga jual ditingkat produsen diakui Herman berkisar Rp30–Rp45 ribu per kilogramnya. Sementara untuk di tingkat eceran atau konsumen tergantung pedagang masing-masing.