Pontianak, InfoKalimantan – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, (BMKG) stasiun meteorologi kelas 1 Supadio Pontianak mempredikasi wilayah Kalimantan Barat (Kalbar) dalam tiga bulan ke depan akan mengalami penurunan curah hujan dan diperkirakan akan memasuki musim panas.
Prakirawan cuaca BMKG Supadio Pontianak Sutikno mengatakan, penurunan curah hujan diperkirakan akan terjadi pada bulan Juni sampai Agustus mendatang dan kondisi merata di seluruh wilayah Kalbar, meski demikian potensi hujannya masih terjadi dengan intensitas rendah.
“Karena Kalbar masuk dalam wilayah Equator yang dilintasi garis Khatulistiwa, tentu ciri khas cuacanya berpotensi hujan sepanjang tahun, meski memasuki musim kemarau. Saat ini kami belum menerima rilis resmi hasil pantauan satelit terjadinya potensi El Nino maupun La Nina di wilayah Kalbar,” kata Sutikno, Rabu (5/6/2024).
Sutikno memastikan untuk saat ini belum terdeteksi sebaran titik panas (hot spot) di semua wilayah Kalbar, karena potensi hujannya masih ada dengan intensitas ringan hingga sedang.
Meski demikian masyarakat diminta untuk tetap waspada jika terjadi penurunan hujan yang disertai panas yang cukup tinggi di siang hingga malam hari.
“Biasanya jika seminggu saja tidak hujan, maka sejumlah wilayah di Kalbar mulai terdeteksi adanya titik panas, karena selama ini wilayah Kalbar sempat tidak hujan selama tiga hari, namun besoknya turun hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Kondisi inilah yang membuat radar kami belum mendeteksi adanya sebaran titik panas,” ujarnya.
Dia menuturkan, jika berkaca dari pengalaman dari tahun sebelumnya, setiap terjadinya penurunan curah hujan, maka akan berpotensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Kondisi ini juga perlu di waspadai sejumlah daerah di Kalbar, terutama daerah-daerah yang sering terjadi karhutla ketika memaski musim panas, seperti Kabupaten Ketapang, Kubu Raya, Sambas, Mempawah, Kapuas Hulu dan sebagian Bengkayang.
“Kami meminta kepada masyarakat juga turut membantu untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar jika sudah memasuki musim panas, karena kondisi ini sangat berdampak dan berpotensi terjadinya karhutla,” pungkasnya.